Selasa, 24 September 2013

Kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu 'Gabut'

Sudah hampir dua minggu saya "gabut" di kantor. Bukan berarti mengabaikan tugas, tapi memang tidak ada tugas yang diberikan atasan. Terakhir saya mengerjakan tugas adalah membandingkan spesifikasi dari beragam merk backhoe loader.

Sebenarnya saya sudah diberi tugas selanjutnya, yaitu melakukan pengujian unit rotary tiller baru di Makassar dan Medan. Tapi unit tersebut belum sampai ke lokasi, sehingga saya pun harus menunggu sampai pertengahan Oktober nanti, dan selama masa menunggu itulah saya "gabut". Saban kali saya tanya atasan untuk meminta tugas, beliau hanya bilang "coba dipelajari lagi aja metode pengujiannya."

Sejujurnya saya jenuh dengan masa "gabut" ini, karena hal ini yang membuat ngantor terasa lamaaaaaa sekali. Namun akhirnya saya menemukan beberapa kegiatan yang bisa saya lakukan untuk mengisi waktu gabut ini. Beberapa kegiatan yang bisa digunakan untuk mengisi waktu gabut dan bisa meningkatkan "nilai jual" pada diri Anda adalah :

1. Mempelajari bahasa asing
Tidak ada salahnya untuk mempelajari bahasa asing, apalagi yang jarang dikuasai orang. Sekarang saya sedang memperdalam bahasa Jepang. Dalam satu minggu ini saya sudah menguasai banyak kosa kata baru, dari nama hewan, buah-buahan, struktur dalam keluarga, dll.
Menguasai bahasa asing akan memberikan nilai lebih bagi Anda. Saya punya pengalaman ketika meeting bersama orang Jepang. Dia cukup fasih berbahasa Indonesia. Tapi suatu ketika ada kosa kata yang si Jepang tidak tahu artinya, yaitu kelapa sawit. Sontak saya berkata, "Aburayashi" Pak Abe, karena kebetulan saya tahu bahasa Jepang dari kelapa sawit. Seketika itu saya jadi perhatian atasan saya.

2. Membaca berita terkini
Banyak membaca berita akan menambah wawasan Anda terhadap perkembangan dunia masa kini. Setidaknya Anda memiliki banyak bahan pembicaraan saat berjumpa dengan orang lain. Misal : Saat ngobrol dengan orang yang senang bola, Anda bisa membicarakan soal pertandingan bola tadi malam dan hasilnya. Ketika ada rekan kerja yang hobi otomotif, Anda tahu mobil keluaran terbaru dari merk-merk ternama.

3. Bermain catur atau game asah otak lainnya
Bermain games tidak selalu buruk, karena ada permainan yang dapat meningkatkan potensi otak kanan, salah satunya catur. Bahkan bermain game asah otak bisa merangsang diri Anda lebih kreatif dan cepat mengambil keputusan. Selain catur, jenis permainan asah otak yang umum adalah puzzle dan kartu.

Kantor Bina Pertiwi
Jakarta
25 September 2013

Rabu, 24 April 2013

Finally, Alhamdulillah . . .

4 tahun lebih saya menjalani kehidupan kampus
4 tahun lebih saya mengikuti semua program pendidikan dan extra kampus
4 tahun lebih saya belajar hidup dengan segmen mahasiswa yang majemuk
4 tahun lebih,
akhirnya kuncir toga saya disematkan oleh petinggi kampus
dari sebelah kiri ke sebelah kanan

mengubah kebiasaaan menggunakan otak kiri
menjadi otak kanan

mengubah teori
menjadi praktek

mengubah analisis
menjadi pengabdian

mengubah dan mengubah
berubah dan berubah

hari ini saya wisuda
hari ini saya menatap dunia baru
bukan dunia kampus
bukan dunia rumah
dunia penuh tantangan
dunia kehidupan
dunia masyarakat

hari ini saya wisuda
saya memeluk Ibu dan Bapak
saya curahkan rasa bahagia ini padanya
saya menerima bunga dari rekan, abang, dan sepupu
saya haturkan rasa hormat padanya

hari ini saya wisuda
bersama sahabat-sahabat
tertawa bersama
bahagia
dalam ruang segi enam
riuh
khidmat

hari ini saya wisuda
hari ini saya siap meniti langkah baru

Finally, Alhamdulillah . . .


Bogor, 24 April 2013
yogiae

Selasa, 09 April 2013

Bahasa persatuan internasional - Pengalaman berkunjung ke Vietnam

Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengunjungi Vietnam. Perjalanan ke Vietnam ini adalah perjalanan pertama saya ke luar negeri, namun menjadi perjalanan jauh yang ke sekian bagi saya. Seperti pengalaman sebelum-sebelumnya, hal yang paling saya takutkan saat mengunjungi daerah baru adalah bahasa.

Saya pernah melakukan praktek lapang di Magetan, salah satu kota dekat Madiun. Sudah bukan rahasia lagi bahwa orang Jawa sangat kental 'nasionalisme'nya terhadap budaya Jawa, khususnya dalam hal bahasa. Sangat jarang saya mendengar percakapan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan warga disana menyetarakan semua penduduk yang ada. Saya kerap langsung diajak ngobrol menggunakan bahasa Jawa oleh beberapa penduduk sekitar. Seketika saya langsung berkata "kulo tiang Bandung, mboten iso basa jowo" (saya dari Bandung, ngga bisa bahasa Jawa), dan percakapan pun berlangsung menggunakan bahasa Indonesia.

Kondisi yang sama kurang lebih saya rasakan di Palembang, ketika saya melakukan penelitian. Dalam beberapa kesempatan berinteraksi dengan penduduk lokal, saya selalu menggunakan bahasa Indonesia yang benar-benar formal, agar lebih mudah dimengerti.

Berangkat dari kedua pengalaman tersebut, saya menyadari sepenuhnya bahwa harus ada satu bahasa verbal yang mengikat suatu daerah atau regional. Dalam konteks republik ini, hal itu telah tertuang dalam bulir ke-3 sumpah pemuda, yang berbunyi : Kami pemuda-pemudi Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Frase yang saya tebalkan memberi penekanan berlakunya Bahasa Indonesia di seluruh wilayah NKRI disamping lestarinya bahasa ibu daerah setempat.

Bagaimana dalam konteks internasional?

Saat saya tiba di bandara internasional Da Nang, Vietnam, orang-orang bercakap-cakap dengan bahasa yang tidak saya mengerti. Bahasa yang baru saya dengar, saya tidak tahu nama bahasanya tapi sebut saja 'Bahasa Vietnam'.

Kondisi tersebut persis seperti saat saya tiba di bandara Sultan Badarruddin II, Palembang. Orang bercakap-cakap dengan bahasa yang belum pernah saya kenal, bahasa Palembang. Sangat asing, saya sama sekali tidak mengerti yang mereka katakan. Dalam kondisi tersebut, satu-satunya cara untuk bisa berkomunikasi verbal adalah kembali kepada bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Pikiran itu pula yang bisa menyelamatkan saya di Da Nang, kembali kepada bahasa persatuan. Status saya disana sebagai warga negara asing atau warga negara internasional, maka bahasa persatuan kala itu adalah bahasa persatuan internasional, Bahasa Inggris. Saya yang pernah apatis terhadap bahasa Inggris saat SMA, kini terbantu karenanya. Maka sebaiknya, kita tidak hanya menjunjung tinggi bahasa persatuan nasional, namun juga bahasa persatuan internasional.

Bagi saya, bahasa lebih dari sekedar alat komunikasi. Bahasa adalah kunci untuk bertahan hidup. Dimanapun kita berada, peribahasa 'Dimana langit di pijak, disitu bumi dijunjung' tetap berlaku.

10 April 2013
yogiae

Hubungan rpm dan daya (power) - Part 3: Daya dan kaitannya terhadap torsi

Dalam wikipedia dijelaskan bahwa daya adalah laju energi yang dihantarkan atau kerja yang dilakukan per satuan waktu. Secara teoritis, rumus untuk mendapatkan daya adalah :

P = (F.s)/t

dengan,
P = Daya (Watt)
F = Gaya (N)
s = Perpindahan
t = Waktu perpindahan

Saya akan jelaskan dalam contoh sederhana.

Ada sekarung beras dengan massa 40 kg di lantai. Beras tersebut harus dipindahkan ke atas meja setinggi 1 m. Orang dewasa mungkin bisa langsung mengangkut karung beras tersebut ke atas meja. Tapi seorang anak kecil mungkin harus memindahkan sedikit-sedikit (kira-kira 5 kg/angkut) karena kekuatannya terbatas, sehingga dibutuhkan 8 kali angkutan untuk dapat memindahkan sekarung beras ke atas meja.

Taruhlah waktu untuk memindahkan beras ke atas meja adalah 2 detik (baik bagi orang dewasa, maupun anak kecil). Maka daya yang dikeluarkan orang dewasa adalah 200 W, sedangkan daya yang dikeluarkan anak kecil 25 W. Ini menunjukkan orang dewasa mengeluarkan daya (power) lebih banyak daripada anak kecil, namun waktu kerja orang dewasa jauh lebih cepat. Mengapa anak kecil itu tidak bisa mengeluarkan daya yang sama dengan orang dewasa? Karena kemampuan dayanya (power maksimum) hanya sampai 25 W.

Contoh lainnya, saya ambil dari wikipedia berbahasa Inggris. Seorang siswa dapat menaiki tangga dengan cara berjalan atau berlari. Jika dengan cara berjalan, tenaga yang dikeluarkan sedikit, tapi butuh waktu lama. Sebaliknya, jika orang tersebut menaiki tangga dengan cara berlari, waktunya lebih singkat tapi tenaga yang dikeluarkan jauh lebih banyak.

Sekarang, bagaimanakah kaitan power dengan torsi? (dan nantinya akan berkaitan terhadap rpm)

Kita mulai masuk dalam konteks mekanika. Jika berbicara torsi dan rpm, berarti gerak yang dibahas adalah gerak melingkar. Seperti biasa, saya akan memaparkan contoh agar lebih mudah dipahami. Contoh ini saya ambil dari artikel dalam sebuah blog.

Bayangkanlah ada sebuah katrol berdiameter 2 inchi. Pada salah satu ujung tali yang melingkari katrol tersebut, digantung sekeranjang batu dengan berat 4 kg. Seseorang menarik tali di ujung satu lagi. Dengan mengabaikan gesekan tali pada katrol, kita bisa mengetahui bahwa gaya minimum yang dibutuhkan untuk menarik keranjang itu adalah 39.2 N. Kemudian, bagaimana kita mengetahui daya dari 'kerja' yang dilakukan? Disitulah peran rpm dan torsi.

Daya bisa dihitung dengan rumus teoritis P = (F.s)/t, meski dalam kasus gerak melingkar. F berarti gaya penarik katrol, s adalah selisih ketinggian benda setelah ditarik, dan t adalah waktu saat melakukan penarikan.Jika kita menelaah lebih jauh, selisih ketinggian benda setelah ditarik sama dengan jumlah keliling total seluruh putaran katrol sampai keranjang selesai ditarik. Sehingga, rumus teritis daya bisa juga ditulis menjadi P = F.r.n.2.phi, dengan F (gaya), r (jari-jari katrol), dan n (jumlah putaran persatuan waktu ;rpm). Bila diringkas, bisa juga ditulis P = Torsi.n.2.phi, karena torsi adalah F kali r

Anggaplah batu tersebut diangkat dengan 2 rpm (berarti 2 putaran katrol dengan waktu 1 menit). Berarti, daya yang dikeluarkan pada proses penarikan batu sama dengan : P = 39.2 x 0.0254 x 2 x 2 x 3.14 = 12.5 W.

Betapa Miskinnya Kita

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.

Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.

' Bagaimana perjalanan kali ini?'

'Wah, sangat luar biasa Ayah.' sahut anaknya.

'Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin.' kata ayahnya.

'Oh iya.' kata anaknya.

'Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.

Kemudian si anak menjawab,

'Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.

Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.

Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.

Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.

Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.

Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.

Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.

Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'

Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.

Kemudian sang anak menambahkan, 'Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.'

***

Kadang-kadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini tergantung dari cara pandang seseorang. Mungkin akan lebih baik jika kita bersyukur kepada Allah sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta apa yang belum kita miliki. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur. #syukur #nikmat

sumber : Status facebook sahabat, Ricky Stiawan Kartaatmadja

Jumat, 05 April 2013

Penerapan 'jiwa korsa' yang tidak tepat - #kasuscebongan

Jiwa korsa, atau jiwa solider, adalah sebuah semangat yang banyak digaungkan dalam kegiatan kemiliteran. Beberapa organisasi juga menerapkan semangat 'jiwa korsa' ini kepada anggota-anggotanya. Lalu, apakah jiwa korsa itu?

Saya mengambil definisi 'jiwa korsa' dari cuplikan tulisan di sebuah blog, yaitu sebagai berikut :

Rapl Linton dalam bukunya (THE STUDY OF MAN) mengatakan bahwa L’ESPRIT DE CORPS adalah THE DEVELOPMENT OF CONSIOUNESS, AFEELING OF UNITY. Jiwa korsa adalah semangat keakraban dalam korps atau corps geest. Jiwa korsa adalah kesadaran korps, perasaan kesatuan, perasaan kekitaan, suatu kecintaan terhadap perhimpunan atau organisasi.


Sedangkan Staplekamps jr. Le luit derat dalam tulisan berjudul corps geest (demilitaire spectator, 1952) mengemukakan bahwa pengertian jiwa korsa terdiri dari faktor – faktor :
1. Rasa hormat, rasa hormat pribadi dan rasa hormat pada organisasi/korps.
2. Setia. setia kepada sumpah, janji dan tradisi kesatuan serta kawan – kawan satu korps.
3. Kesadaran. Terutama kesadaran bersama, bangga untuk menjadi anggota korps.

Mungkin jiwa korsa ini seperti konsep ashabiyah-nya ibnu khaldun (1332-1406) dalam bukunya yang terkenal muqadimah yang diartikan sebagai rasa senasib sepenanggunngan, perasaan solidaritas, semangat kesatuan (korps), kesadaran kolektif dsb-nya.

Dari definisi di atas, secara bebas saya mengartikan jiwa korsa sebagai jiwa senasib sepenanggungan dengan anggota-anggota kelompoknya. Satu untuk semua, semua untuk satu. Bahkan dalam konteks radikal, saya meminjam istilah J.B. Williams, bahwasanya jiwa korsa mengandung arti "My Enemy's Friend is also My Enemy". -Siapa saja mengganggu teman sesama kesatuan, hadapi saya juga.-

Jiwa korsa sangat penting diterapkan dalam berbagai organisasi, khususnya di dunia kemiliteran. Kesetiaan kepada kesatuan menjadi penting manakala urusan hankam negara dipertaruhkan. Maka dari itu latihan kemiliteran berlangsung amat sangat keras agar tumbuh jiwa korsa dalam setiap kesatuan, jiwa senasib sepenanggungan semenjak dididik menjadi tentara, jiwa memiliki dan kesediaan membela kesatuan (walaupun cara penumbuhan jiwa korsa tidak melulu dengan cara itu).

Namun, dibalik makna positif dalam semangat 'jiwa korsa', ada juga paradoks yang dihasilkan. Semangat 'jiwa korsa' bisa berefek lahirnya fanatisme berlebihan terhadap kesatuan/komandan/rekan-rekan yang berada dalam kelompoknya. Dengan begitu, apapun yang terjadi dengan kesatuannya, benar atau salah, dia akan selalu membela rekan-rekan sekelompoknya. Maka tidak aneh kudeta militer bisa terjadi di beberapa negara, karena para tentara lebih percaya pada komandan kesatuan dibandingkan kepala negeranya.

Di Indonesia, paradoks dari 'jiwa korsa' ini terjadi dalam kasus penyerbuan LP Cebongan, Sleman. Sekelompok orang memaksa masuk ke LP Cebongan dan mencari 4 orang pelaku pengeroyokan serta pembunuhan salah seorang anggota (Serka Heru Santoso). Setelah keempat orang tersebut ditemukan, salah seorang dari pelaku penyerbuan memberondong mereka dengan timah panas hingga tidak bernyawa.

Pasca penyerbuan, TNI Angkatan Darat membentuk tim investigasi internal. Hasil penyelidikannya, sesuai dengan perkiraan banyak orang, pelaku penyerbuan LP Cebongan adalah oknum anggota Kopassus yang juga merupakan rekan-rekan kesatuan alm. Serka Heru Santoso. Ketua tim investigasi, Brigadir Jenderal (CPM) Unggul K. Yudhoyono mengatakan penyerangan tersebut merupakan tindakan seketika yang dilatarbelakangi jiwa korsa dan membela kesatuan.

'Jiwa Korsa', itulah bahasa halus sebagai motif penyerangan LP Cebongan. Dalam pandangan saya, bahasa kasar dari 'jiwa korsa' dalam konteks kasus penyerbuan tersebut adalah Balas Dendam, mengedepankan kepentingan kesatuan dibandingkan proses hukum yang berjalan. Itulah paradoks 'jiwa korsa', penerapan jiwa korsa yang tidak tepat, seperti dikatakan oleh Mantan Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus, Sutiyoso. Ia menilai prajurit kerap keliru menafsir arti jiwa korsa kesatuan.

Jika kita melihat ke belakang sejenak, banyak sekali kasus tawuran antar kampung dimulakan dari masalah sepele antar individu. Sebagai bagian dari suatu kelompok, beberapa orang tergerak untuk 'turut membantu' individu yang tengah bertikai tersebut, karena adanya 'jiwa korsa', "My Enemy's Friend is also My Enemy". Hingga akhirnya menjadi konflik antar daerah.

Bandung, 05 April 2012
yogiae

Kamis, 04 April 2013

Hubungan rpm dan daya (power) - Part 2: Torsi sebagai gaya pada gerak rotasi

Sebelum melangkah kepada perdebatan hubungan rpm dan daya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu torsi, karena inilah yang akan membuka gerbang pemahaman hal tersebut.

Dalam tulisan sebuah web (yang sepertinya hasil terjemahan), dijelaskan bahwa informalnya, torsi dapat dipikir sebagai gaya rotasional. Analog rotational dari gaya, masa, dan percepatan adalah torsi, momen inertia dan percepatan angular. Dengan kata lain, torsi bisa dikatakan sebagai kebutuhan gaya pada suatu sistem gerak rotasi.

Jika dirumuskan torsi sama dengan gaya dikalikan dengan jarak dari titik tengah bidang (istilah lainnya lengan gaya). Artinya torsi minimum untuk memutarkan sebuah benda, ada pada ujung benda yang bebas (di mana ujung benda yang bebas merupakan jarak terjauh dari titik tengah benda/jarak terjauh lengan gaya).


Sebagai contoh sederhana, perhatikan pintu sebuah rumah. Anggaplah lebar pintu 0.70 m. Pintu tersebut bisa dibuka jika didorong dengan gaya minimum 10 N pada ujung pintu. Artinya torsi minimum untuk membuka pintu itu sebesar 7 Nm. Bagaimana jika seseorang ingin membuka pintu dengan mendorong bagian tengahnya (bukan mendorong bagian ujung pintu). Tetap saja torsi yang dibutuhkan sebesar 7 Nm, namun karena jarak lengan gaya menjadi 0.35 m (setengah dari lebar pintu), maka gaya minimum yang diberikan harus lebih besar, yaitu menjadi 20 N (agar memenuhi kebutuhan torsi minimum). Maka dari itu mengapa lebih mudah membuka pintu jika didorong dari ujung ketimbang dari tengah.

Lalu, bagaimana kaitan torsi ini dengan Power atau Daya? Insya Allah akan dilanjutkan pada part berikutnya.

referensi : http://juniortune.blogspot.com/2011/05/daya-dan-torsi.html

Hubungan rpm dan daya (power) - Part 1: Introduce

Malam-malam begini saya teringat dengan kisah unik bersama sahabat-sahabat di TEP saat akan menghadapi monev PKMT. Kala itu terjadi perbincangan serius, yakni sebuah kekhawatiran akan pertanyaan dari panelis saat monev. Pasalnya, mesin pemisah salut pala yang kita bikin, benar-benar tidak mengikuti kaidah perancangan teknik (kalau istilah orang belajar, learn from the hard way). Mesin kami dibuat tanpa hitung-hitungan serta analisis yang sempurna.

Sampai akhirnya salah seorang anggota kami, Bhekti, berkata : "Kalo nanti ditanya 'kenapa kalian menggunakan motor listrik berdaya 1 hp dan kecepatan putar 1400 rpm?', jawabnya gimana?". Saat itulah kami mulai terdiam, dan mencari-cari pembenaran, menghitung-hitung berkaitan hal tersebut, syukur-syukur hitungannya benar. Entah apa yang saat itu ditulis pada akhirnya (jika ada kesempatan, akan saya posting).

Hampir 1 tahun berlalu dari waktu itu, yaitu malam ini, saya iseng ingin mengetahui hal yang mengganjal dulu. Saya sempat berpikir bahwa rpm dan daya saling mempengaruhi secara berbanding lurus. Artinya, semakin besar rpm, power akan semakin besar. Karena kita butuh daya 1 hp, maka rpm-nya harus 1400 rpm. tapi kenapa ada motor listrik yang rpm-nya hanya 1200 rpm tapi dayanya 1 hp? Ada juga yang 1400 rpm dengan daya 0,5 hp.

Setelah melalui berbagai pengulikan panjang, akhirnya saya mendapatkan bahwa memang ada hubungan antara rpm dan power. Namun dalam perancangan, salah satu dari variabel tersebut direncanakan, sehingga hanya variabel lainnya yang dicari tahu. Insya Allah akan saya bahas bagaimana hubungan power dan rpm, dan juga nantinya akan saya kaitkan dengan perancangan mesin PKMT tahun lalu. Mungkin akan menghasilkan banyak postingan (karena penjelasannya cukup ribet), untuk itu saya bagi menjadi beberapa Part.

Rabu, 03 April 2013

Mudahnya membuat paspor tanpa calo

Beberapa hari yang lalu, saya melihat iklan layanan ditjen imigrasi di salah satu stasiun TV swasta. Dalam iklan tersebut, disampaikan bahwa ditjen imigrasi bertekad meningkatkan pelayanan pembuatan paspor hanya satu hari, wow!

Jadi teringet pada bulan Maret lalu, saya bergerilya di kantor imigrasi kelas II Bogor untuk membuat paspor. Awalnya saya merasa ragu bisa selesai dengan cepat, apalagi banyak selentingan dari sahabat-sahabat dekat saya bahwa pelayanan bikin paspor bisa sampai berbulan-bulan kalo ngga lewat "jalur belakang". Ditambah lagi antriannya bisa sangat panjang.

Akhirnya, dengan bermodalkan segala fotokopian berkas yang dibutuhkan serta mempelajari pengalaman orang di internet, saya mendaftar pembuatan paspor. Dan ternyata, tidak sesulit dan selama yang dibayangkan! Total waktu dari awal mendaftar sampai paspor jadi yaitu 2 minggu, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk paspor 48 halaman hanya Rp 255.000,-.

Secara umum, ada 3 tahap saat membuat paspor.

Tahap 1 : Pendaftaran (Hari ke-1)
Formulir pendaftaran bisa didapatkan di kantor imigrasi yang bersangkutan. Berkas yang dibutuhkan untuk tahap pendaftaran adalah fotokopi akta kelahiran, kartu keluarga, dan KTP. Namun karena KTP saya dikeluarkan di Bandung dan saya membuat paspor di Bogor, maka ditambahkan fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (atau surat keterangan domisili bagi yang bukan mahasiswa).

Setelah semua berkas siap, ambil nomor antrian untuk pendaftaran. Selanjutnya tinggal menunggu panggilan ke loket pemeriksaan berkas, kemudian kita akan dipersilahkan datang kembali pada proses tahap 2, yaitu foto dan wawancara. Biasanya proses tahap 2 ini dilakukan seminggu setelah pendaftaran (berbeda tergantung tempat). Sebagai catatan, semua berkas harus berbentuk kertas A4 utuh, jadi fotokopi KTP maupun KTM jangan digunting, biarkan saja utuh.

Tahap 2 : Foto dan wawancara (Hari ke-8)
Pada tahap ini, pastikan berkas asli saat pendaftaran harus turut dibawa. Pengalaman saya kemarin, saya tidak membawa akta kelahiran asli sehingga harus balik lagi ke kosan. Namun untuk kartu keluarga, karena yang aslinya ada di Bandung, petugasnya bisa memaklumi.

Seperti biasa, ambil nomor antrian untuk foto dan wawancara (berbeda dengan nomor antrian pendaftaran). Setelah dipanggil, saya diminta membayar biaya administrasi sebesar Rp 255.000,-, baru setelah itu saya bisa di foto. Foto di paspor sebenarnya harus formal dan elegan. Saya sempat ditegur petugas imigrasi karena menggunakan kaos bola ketika hendak di foto. Akhirnya saya disuruh memakai jaket agar 'sedikit' lebih formal, huehehe.

Proses selanjutnya yaitu wawancara, disinilah akan diperiksa semua dokumen asli dan data pada paspor, apakah telah sesuai atau tidak. Kata bapak petugas imigrasi yang melayani saya, hal ini sangat penting karena dalam paspor tidak boleh ada sedikitpun salah ketik (baik nama, alamat, dan keterangan lainnya). Dalam pikiran saya, ketat bener yah bikin identitas internasional itu.

Selain pemeriksaan berkas, wawancara ini menanyakan tujuan kita mau kemana, mau ngapain, berapa lama. Mungkin untuk meminimalisir tindak kriminal kali yah. Setelah proses wawancara selesai, saya dipersilahkan kembali seminggu kemudian untuk mengambil paspor.

Tahap 3 : Pengambilan paspor (Hari ke-15)
Finally, paspor gw jadi!!


xxx

Beberapa hal yang menjadi catatan :
- Paspor ini sebenarnya bisa diambil 4 hari setelah foto (menurut prosedur di web ditjen imigrasi). Namun ternyata pengambilan paspor ini dijadwalkan hari dan jamnya. Menurut saya hal ini bertujuan menghindari ledakan antrian yang mau ngambil paspor, sehingga dilakukan penjadwalan dengan kuota per hari sekian orang.
- Nomor antrian pendaftaran dan antrian foto + wawancara dibatasi per hari hanya sampai nomor 150, ini juga dimungkinkan bertujuan memberi rasa nyaman bagi pembuat paspor, sehingga ngga perlu desak-desakan dalam kantor imigrasi yang luasnya tidak lebih besar dari ruangan bioskop.
- Untuk mengantisipasinya, kalo perlu dateng setengah jam sebelum kantor buka, karena biasanya jama-jama segitupun sudah pada ngantri di depan pinta masuk.
- Pendaftaran bisa dilakukan melalui on-line, prosesnya kurang lebih sama seperti tahap 1, sehingga nantinya tinggal datang pas tahap foto dan wawancara (1 minggu setelah daftar)
- Jangan pernah percaya pada calo yang menawarkan pembuatan paspor instan. Lebih baik ikuti prosedur legal, lebih aman lebih murah :).